I created this blog to share my opinions, stories, recommendations, etc. I hope you find it useful!

Cerpen: Makan Enak Setiap Hari


 

Johan terus menyodok-nyodok pasir yang ada dipinggiran sungai dan memasukkannya ke gerobak sorong berwarna merah yang sudah karatan itu. Bajunya basah karena cucuran keringat, kulitnya gosong ditimpa teriknya matahari. Meski demikian, remaja berusia 13 tahun itu terlihat sangat bersemangat dan seperti tidak merasa lelah sedikitpun. Dia mendorong gerobak sorong yang sudah dipenuhi pasir itu ke samping rumahnya yang berjarak kurang lebih 200-meter dari sungai. Ini adalah muatan pasir yang kesekian kalinya untuk hari ini sejak dia memulai pekerjaannya dari pukul 9 pagi tadi. Sejatinya, hari ini dan 2 minggu kedepan adalah kesempatan untuk menikmati hari dengan bersantai dan berlibur atau sekedar bermain-main dengan teman-temannya. Namun tidak dengan Johan, hari pertama libur pertengahan semester ini dia manfaatkan untuk mencari uang jajan tambahan.

Diusianya yang masih sangat muda, Johan bisa dibilang sangat berbeda dari teman-teman seangkatannya. Dia giat membantu orang tua, berperilaku sopan dan sangat mengerti keadaan keluarganya. Hari ini dia bekerja seperti tidak mengenal waktu. Dia terus mengeruk pasir di sungai, memindahkannya ke gerobak sorong dan mendorongnya sampai ke halaman samping rumah. Saat sedang asik memuat pasir, Johan sayup-sayup mendengar namanya dipanggil.

“Bang Johan, Bang Johan…” suara itu tidak asing.

“Bang Johan, Bang…” suara itu semakin dekat dan Johan menoleh ke sumber suara.

Johan tersenyum lebar mengetahui bahwa teriakan itu berasal dari Icha. Icha adalah adik Johan berusia 5 tahun yang tingkahnya sangat menggemaskan.

“Bang, kata ibu sudah waktunya makan siang, ayo makan!” Icha menarik tangan abang yang sangat dia sayangi itu.

“Seharusnya kamu ga perlu ke sini, bahaya dik!” kata Johan dengan lembut sambil menggendong adiknya keatas gerobak sorong yang setengahnya sudah terisi pasir. Johan mendorong gerobaknya dan terlihat Icha tersenyum kegirangan karena dia tidak perlu jalan kaki untuk sampai ke rumah. Sesekali Johan mempercepat dorongannya untuk menghibur adiknya. Benar saja, kali ini Icha tertawa lebar sampai-sampai bunyi tawanya itu membuat Johan ikut tertawa, ditambah poni adiknya yang sangat tipis sedang beterbangan ditiup angin, membuat Icha tampak semakin menggemaskan. Johan dan Icha adalah kakak-adik yang saling menyayangi.

Mereka tiba di rumah. Johan langsung membersihkan tangan dan kaki serta mambasuh keringatnya. Tampaknya dia sudah tidak sabar untuk santapan hari ini.

“Saatnya makan siang,” terdengar suara ibunya yang datang dari arah dapur dan membawa piring yang isinya adalah lauk. Di belakang ibunya, terlihat Icha membawakan baskom berisi sayur. Aroma kedua makanan itu sangat wangi membuat Johan sangat bersemangat untuk makan.

Di ruang tengah yang sempit dan beralaskan tikar, ketiganya terlihat makan dengan sangat lahap sampai-sampai mereka nambah nasi terus.

“Tambahin nasinya dong, Bu,” Johan mengarahkan piring ke ibunya dan ibunya segera menambahkannya.

“Aku juga mau Bu,” Icha ikut-ikutan mengulurkan piringnya. “Masakan ibu sangat enak.” lanjutnya. Ibunya hanya bisa tersenyum sembari menambahkan nasi ke piring Icha.

Mereka sangat menikmati makan siangnya sambil sesekali terlihat berbincang-bincang dan tertawa kecil. Mereka adalah tipe keluarga yang memilih berbincang-bincang saat makan daripada harus diam selama makan berlangsung. Entah kenapa, keluarga ini selalu terlihat bahagia saat makan, seperti sedang disajikan makanan ala restoran bintang 5.

***

Keesokan harinya, pukul 5 pagi Johan dan ibunya sudah beranjak dari tempat tidur untuk segera memulai aktivitas. Bangun pagi bukanlah hal yang sulit bagi Johan. Dia sudah terbiasa dengan hal itu dan ibunya tidak perlu capek-capek untuk membangunkannya. Setelah meneguk segelas air putih hangat, mereka langsung ke halaman belakang rumah untuk memetik daun singkong yang sudah siap untuk dipanen. Halaman belakang rumah mereka sebenarnya tidak terlalu luas namun cukup untuk ditanami beberapa tanaman yang tidak sulit untuk dirawat. Pagi itu, ada sekitar 20 ikat daun singkong yang berhasil mereka panen. Ibu Johan akan menjual sayur tersebut ke pedagang di pasar dengan harga dua ribu per ikatnya. Sementara Ibu sedang pergi ke pasar, Johan akan lanjut beres-beres rumah.

Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi dan Johan sudah bersiap untuk mengambil pasir lagi di sungai. Dia terlihat sangat bertenaga setelah sarapan dengan singkong rebus dan segelas teh manis panas. Semangatnya berlipat-lipat karena sore hari nanti pasir-pasir yang sudah dikumpulkannya akan dibeli oleh pengepul.

Tak terasa, pasir-pasir yang dikumpulkan Johan sudah banyak dan menggunung. Dia menatap gunung pasir itu dengan ekspresi yang sangat bahagia. Namun, tiba-tiba Icha mendorongnya dari belakang sehingga Johan terjatuh ke gunung pasir itu. Icha tertawa terbahak-bahak melihat abangnya yang terjatuh. Johan bukannya marah, malah ikut tertawa dan membalas perbuatan adiknya. Johan mengangkat tubuh adiknya dan melemparkannya ke gunung pasir. Icha semakin bahagia. Mereka bermain perang-perangan di gunung pasir itu dengan penuh tawa. Saat sedang asik menikmati gunung pasir, tiba-tiba terdengar suara ibu mereka.

“Nak, ayo makan siang, bersihin dulu tangan sama kakinya sebelum makan!” Suara itu menghentikan permainan Johan dan Icha sekaligus menyadarkan mereka bahwa jam sudah menunjukkan pukul 12.30 siang. Tanpa berlama-lama mereka segera bergegas untuk bersih-bersih. Sudah sejak lama, makan siang dan makan malam menjadi hal yang sangat mereka sukai.

Tidak berbeda dengan hari-hari sebelumnya, suasana makan siang kali ini pun terlihat sangat berselera. Mereka makan dengan lahap dan sesekali tertawa. Ibunya tidak berhenti bercerita dengan gerakan-gerakan kecil yang entah apa artinya. Lagi-lagi, makan siang mereka kali ini ludes termakan. Entah apa yang mereka makan sehingga terlihat sangat bahagia, padahal cuma terlihat 2 piring lauk dihadapan mereka, kadang-kadang bahkan hanya 1 piring lauk saja.

Tidak lama setelah makan siang mereka selesai, terdengar suara dari luar. Ternyata didepan rumah, Bang Yadi si pengepul pasir sudah siap untuk membeli pasir yang dikumpulkan Johan. Bang Yadi datang lebih awal dari waktu yang dijanjikan karena banyak penjual pasir yang seharusnya dia temui hari ini namun tidak berada di rumah. Dua orang pasukan Bang Yadi segera menyekop pasir milik Johan dan memindahkannya ke truk pasir. Pasir yang dihasilkan Johan sekitar 2 kubik. Wajah Johan tampak berseri-seri karena dia akan segera menerima pembayaran dari Bang Yadi.

“Ini bayarannya dik,” kata Bang Yadi sembari menyerahkan beberapa lembar uang berwarna merah dan biru.

“Terima kasih, Bang” Johan menggenggam uangnya tanpa menghitungnya kembali karena dia tahu bahwa Bang Yadi adalah orang yang bisa dipercaya.

“Ini tambahan buat uang jajan kamu,” Bang Yadi menyodorkan satu lembar uang dua puluh ribuan sambil menepuk-nepuk pundak Johan pertanda kekagumannya pada anak remaja itu.

“Terima kasih Bang Yadi” Johan kegirangan, senyumnya sangat lebar.

Bang Yadi dan pasukannya meninggalkan rumah Johan. Tak lama dari itu, Johan langsung menyerahkan semua hasil penjualan pasirnya kepada ibunya.

“Ini Bu, Ibu simpan saja uangnya untuk ditabung” Johan menyerahkan seluruh uang yang ada digenggamannya.

“Tak usah Nak, kamu bisa simpan sendiri. Itu hasil kerja keras kamu.” Ibunya menolak.

“Gapapa Bu, Ibu simpan saja. Saya ambil dua puluh ribu ini saja buat jajan saya dan adik” Johan meraih tangan ibunya dan meletakkan uangnya ke genggaman ibunya.

Ibunya sudah tidak bisa menolak, dia menerima uang hasil penjualan pasir milik Johan. Raut wajahnya terlihat sedih dan bangga disaat yang bersamaan melihat anaknya tumbuh dengan sangat baik.

Waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore. Johan sudah menyelesaikan pekerjaannya hari ini, mulai dari mengumpulkan pasir, mencabut rumput liar di lahan kecil di halaman belakang hingga beres-beres rumah. Ibu Johan yang bekerja di ladang orang juga sudah kembali ke rumah. Dia membersihkan seluruh tubuhnya dan bersiap untuk memasak santapan lezat untuk malam ini.

Sekitar pukul 7, makan malam sudah siap untuk dihabiskan. Mereka melingkar diruang tengah yang sempit. Ketiganya tampak tidak sabar untuk segera menghabiskan makanan di hadapan mereka.

“Ini adalah makanan kesukaan ibu dan saudara-saudara ibu waktu kecil” Ibunya bercerita dengan penuh ekspresi sebelum makan malam dimulai.

“Dulu ibu sampai berantem dengan Om Arifin dan Om Bona karena berebutan makanan ini. Kami sampai nambah-nambah nasi terus lho.” tambah ibunya sambil teringat akan saudara-saudaranya.

“Pokoknya ini enak sekali, sssssrrrrgggghhhh…” Ibunya menghisap air liurnya sendiri dan dengan sengaja menghasilkan suara kencang. Dia juga menutup matanya untuk menggambarkan nikmatnya makanan itu dan pura-pura mengelap mulutnya agar kedua anaknya semakin tergoda dengan hidangan malam itu.

“Bu, aku sudah lapar sekali, aku mau lauknya” Icha memotong cerita ibunya dan mengulurkan piring yang sudah berisi dengan nasi itu ke hadapan ibunya berharap ibunya segera memberinya lauk itu. Johan juga melakukan hal yang sama. Wajah kedua anak itu terlihat sudah tidak sabar.

Dengan sedikit senyuman tipis, Ibu Johan membagikan ikan asin tanpa kepala itu ke anak-anaknya. Ikan asin itu disambut sangat meriah oleh Johan dan Icha. Tidak lupa Ibu Johan juga membagikan sayur rebus hasil dari ladang kecil mereka. Untuk menambah kenikmatan, Ibu Johan juga membuat sambal. Tentu saja sambal itu sudah bercampur dengan kepala ikan asin yang diulek sampai halus. Malam itu mereka makan dengan begitu nikmat sekali.

Source: Generated by AI

Rupanya, bukan daging sapi atau daging ayam yang membuat mereka selalu bahagia setiap kali makan, bukan pula ikan tuna, lobster atau makanan mewah lainnya. Dihari-hari sebelumnya keluarga itu hanya makan sebungkus mie instan yang ditambahkan dengan seliter air dan sayuran agar cukup untuk mereka bertiga. Icha dan Johan bahkan bisa nambah nasi beberapa kali hanya dengan dua butir telur yang diorak-arik dalam air yang banyak, ditambahi dengan garam, irisan cabe dan daun bawang. Kata Ibunya, sup telur itu adalah favorit nenek mereka dan bisa bikin anak-anak menjadi pintar. Jelas ibunya sedang berbohong.

Semua makanan itu menjadi terasa sangat enak karena dibumbui oleh cerita-cerita menarik dari Ibu Johan. Ekspresi Ibu Johan saat menggambarkan makanan-makanan itu juga berhasil membuat kedua anaknya tidak sabar untuk segera mencicipinya. Bahkan ada hari dimana Ibu Johan sengaja mengarang cerita agar makanan yang dia sajikan tetap membuat anak-anaknya berselera. Makanan sederhana itu enak oleh kata-kata.

***

Jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari namun Ibu Johan belum bisa tidur. Dia menatap kedua anaknya sambil mengelus-elus kepala mereka dan tak sadar dia meneteskan air mata. Perasaannya campur aduk. Dia bersyukur karena anak-anaknya tumbuh dengan baik dan tidak pernah mengeluh, namun disisi lain perasaannya dipenuhi rasa bersalah karena belum bisa memberikan yang terbaik buat anak-anaknya bahkan membohongi anak-anaknya. Sepeninggalan suaminya, hidup mereka memang semakin sulit. Dilain sisi, Johan juga sebenarnya tidak bisa tidur. Dia bisa merasakan bahwa ibunya sedang bersedih. Selama ini, Johan sudah menyadari bahwa ibunya sengaja membumbui makanan mereka dengan cerita-cerita menarik bahkan sebagian dari cerita itu adalah cerita karangan ibunya. Johan membuat dirinya begitu tertarik dengan makanan dan cerita ibunya untuk mempengaruhi adiknya. Bagi Johan, yang terpenting adalah ibunya tidak merasa terbebani dan adiknya si Icha bisa makan dengan kenyang tanpa mengeluh.

Kopi Calf: Kopi yang Tak Berisik, Tapi Makin Dilirik!


Sebagai seseorang yang menikmati kopi, dorongan untuk terus mencoba berbagai macam kopi tentu saja selalu ada, apalagi beberapa tahun belakangan ini industri kopi di Indonesia seperti tidak ada habisnya. Saya cukup tertarik untuk melihat brand-brand kopi manakah yang akan terus bertahan sampai beberapa tahun kedepan. Setidaknya untuk saat ini, beberapa brand kopi yang sangat populer dikalangan anak muda selain starbucks adalah Kopi Fore, Kenangan, Djournal, Tomoro, Janji Jiwa, Tuku, Calf dan masih banyak lagi.

Diantara brand-brand kopi diatas, ada satu brand kopi yang cukup menarik perhatian saya. Dia adalah Calf. Sudah hampir 2 tahun belakangan ini saya suka sekali mengkonsumsi Calf walaupun varian yang saya coba hanya itu-itu saja hahaha. Kopi-kopi lain tentu saja rasanya enak tapi Calf seperti punya rasa tersendiri yang membuatnya cukup berbeda dari para pesaingnya.

Saya mencoba Calf pertama kali pada tahun 2023 atas ajakan teman kerja. Waktu itu saya mencoba Calf yang premium dan saat itu juga saya menjadi pecinta Calf. Rasanya benar-benar berbeda dari kopi-kopi lain yang saya coba. Menurut saya, yang paling membuat Calf berbeda adalah komposisi dari kopinya itu sendiri dan mouthfeel yang diberikan. Calf memberikan sensasi tersendiri saat kita mulai menyeruputnya. Teksturnya sangat creamy namun kopinya tetap terasa, bikin happy pokoknya hehehe.

Sampai dengan tulisan ini saya buat, Calf sudah memiliki 80 outlets yang tersebar dibeberapa kota. Selain itu, Calf juga menjual kopinya dengan berkeliling menggunakan gerobak. Di dunia F&B, rasa adalah faktor utama yang harus diperhatikan. Rasa yang enak membuat suatu brand tumbuh dari mulut ke mulut tanpa perlu membuat iklan yang masif. Itulah yang terjadi pada Calf. Setidaknya 1 tahun belakangan ini, penikmat Calf terus bertumbuh. Saya mengatakan demikian karena Calf sering menjadi topik yang diperbincangkan dibeberapa platform media sosial. Ternyata banyak sekali yang menyukainya, bahkan dianggap menjadi salah satu brand kopi terenak. Selain enak, Calf juga dijual dengan harga yang masih terjangkau, start dari 15ribu rupiah.

Dengan banyaknya brand kopi yang muncul saat ini, bisa dibilang Calf adalah brand yang tenang, dia tidak heboh namun mulai menjadi pilihan utama orang-orang. Calf tidak berisik tapi makin dilirik! Calf berani bersaing dengan rasa yang dia miliki.

Indonesia harus bangga punya brand lokal Calf!



Momen Tak Terlupakan Bersama Sherly, Si Hiu Paus dari Gorontalo


"Hidup tidak selalu berjalan sesuai dengan yang kita rencanakan", kalimat tersebut sepertinya menjadi kalimat paling pas untuk mengawali cerita saya kali ini. Salah satu hal yang bisa membuat kita dongkol adalah ketika apa yang sudah kita rencanakan dari jauh-jauh hari tidak berjalan sesuai harapan. Anehnya, hal yang tidak pernah direncanakan sebelumnya justru bisa berjalan lancar dan menjadi salah satu momen yang tidak terlupakan. Hal inilah yang saya rasakan ketika akhirnya bisa bertemu dengan si Sherly the Whale Shark from Gorontalo, tidak pernah saya rencanakan sama sekali namun berhasil menjadi salah satu momen yang sangat membahagiakan dan tidak bisa untuk dilupakan!

Tanggal 22 Mei 2024, saya terbang ke Gorontalo untuk urusan pekerjaan. Saya tidak merencanakan apapun selain fokus untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik lalu menyempatkan diri untuk menyicipi makanan-makanan khas Gorontalo, maklumlah perjalanan dinas kali ini hanya selama 2 hari saja sehingga tidak memungkinkan untuk merencanakan perjalanan lain.

Sekitar pukul 9 pagi saya tiba di Gorontalo dan langsung menaiki taxi yang akan membawa saya ke hotel. Entah sebuah kebetulan atau tidak tapi driver taxi saya kali ini orangnya tidak mau diam dan selalu mengajak saya untuk mengobrol. Dia menanyakan berbagai hal, saya berasal darimana, berapa lama di Gorontalo termasuk tujuan kedatangan saya ke Gorontalo. Karena orangnya terlihat sangat baik, maka saya menjawab semua pertanyaannya. Dia terus mengoceh sampai akhirnya dia mengeluarkan kalimat "mumpung bapak sudah disini, dibayarin kantor pulak, bapak harus berkunjung dan melihat Hiu Paus." saya cuma ketawa kecil, tidak begitu tertarik dengan saran dia karena saya memang tidak merencanakan perjalanan apapun di Gorontalo selain untuk bekerja dan kulineran singkat.
"Eh serius loh Pak, bapak ga akan nyesal, bagus banget, Prilly Latuconsina aja baru dari sana loh, coba bapak searching di google" si bapak driver sangat serius menanggapi saya yang lagi cengengesan, pokoknya dia maksa waktu itu. Ibaratnya, jika dia adalah seorang agen MLM maka saya sudah menjadi salah satu kakinya, hahaha.

Akhirnya untuk menghargai si bapak driver yang "keep ngoceh", sayapun googling lewat handphone dan reaksi pertama saya adalah "Wah, bagus banget ini. Ini beneran Pak? Emang segede gitu ga bahaya, ga gigit orang? Kok bisa diajak photo?" sekarang saya yang berbalik penasaran, masuk dalam jebakan si bapak. Rasa penasaranku tentu saja disambut dengan semangat yang berapi-api dari si bapak driver. Mungkin dia merasa senang karena sebagai driver, dia telah berhasil memperkanalkan salah satu pariwisata andalan Gorontalo ke seorang pendatang. Dia menjelaskan panjang lebar dan penuh semangat. Saya akui "ocehan" dia kala itu sangat bermanfaat. Menurut saya, seorang driver sangat penting untuk memiliki wawasan dan keberanian untuk membagikan informasi-informasi menarik kepada para pendatang karena efeknya sangat bagus untuk kemajuan daerah tersebut.

Singkat cerita, saya yang tadinya cuek justru jadi sangat penasaran. Saya yang tadinya tidak punya planning justru dalam hati "Gue harus kesana, harus!!!". Saya sangat bersemangat untuk menyelesaikan pekerjaan lalu mulai menyusun rencana untuk perjalanan ke tempat wisata Whale Shark.

Tempat wisata Whale Shark sendiri berada di Botubarani, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. Itu sebabnya wisata laut ini disebutnya Whale Shark Botubarani Gorontalo. Saya mulai perjalanan saya sekitar jam 6 pagi keesokan harinya, menggunakan ojek online dan ditempuh sekitar 20-30 menit dari kota Gorontalo. Jalanan menuju kesana aman, bagus dan tidak sulit untuk dijangkau. Sekitar pukul 6 lebih saya akhirnya sudah tiba dilokasi yang ditentukan oleh tour guide. Saya cukup kaget karena dipagi hari pengunjung sudah mulai ramai dan harus antri. Disini mulai terjadi drama, saya yang sudah mendaftar dan menunggu dari jam 6 pagi tak kunjung dipanggil dan mendapatkan giliran. Tidak ada batasan waktu untuk setiap pengunjung. Patokannya adalah, pengunjung harus mendapatkan momen bersama Whale Shark dan harus terdokumentasi dengan baik. Jika 2 hal tersebut sudah terpenuhi maka boleh beralih ke pengunjung lainnya.

Pukul 7 berlalu, nama saya belum terdengar dipanggil. Pukul 8, Pukul 9 bolak balik ke ticketing namun tak kunjung mendapatkan giliran. Sekitar pukul 10 pagi akhirnya saya menyerah dan saya menemui tour guide "Sepertinya saya tidak bisa lanjut lagi, saya harus segera balik ke hotel karena harus segera check out dan menuju ke bandara" saya kesal dan sedikit marah karena momen bersama Whale Shark sepertinya akan gagal terjadi. Petugas hanya bisa meminta saya untuk bersabar. Btw, saat itu memang sudah pasrah dan mau balik ke hotel karena memang harus segera bersiap untuk check out dari hotel dan menuju bandara. Maklumlah seperti yang saya bilang diawal, waktunya memang terbatas karena tujuannya memang buat bekerja bukan liburan dan hari itu saya harus terbang balik ke Jakarta sekitar pukul 2 siang dan sudah harus check out dari hotel pukul 12 siang. Kondisi tersebut membuat saya pasrah dan benar-benar kecewa. Menunggu dari pukul 6 pagi tapi seperti tak membuahkan hasil.

Untungnya, beberapa menit setelah saya protes, terdengar suara seorang petugas "Silahkan nomor selanjutnya!" dan kebetulan sekali itu adalah giliran saya. Petugas lainnya segera membantu, mengantar saya ke perahu kecil dan segera bergegas menuju laut tempat Whale Shark berada. Saya yang tadinya kesal dan marah, sekarang sedikit lega dan sangat antusias untuk segera bertemu dengan Whale Shark. Perjuangan saya tidak sia-sia, akhirnya dapat momen-momen bagus bersama Sherly. Saya akhirnya tau bahwa warga setempat menamai salah satu Hiu Paus itu dengan nama Sherly.


Oh iya, disini saya menggunakan jasa tour guide setempat. Jasa yang mereka tawarkan adalah, membantu mendatangkan si Whale Shark, dokumentasi berupa foto dan video drone, lalu ada juga fasilitas berupa boat transparan. Total dana yang saya keluarkan untuk jasa tour guide adalah 500.000. Menurut saya itu cukup woth it, karena momen seperti ini belum tentu ada setiap saat. 


Perlu diketahui bahwa Whale Shark ini hidup bebas dilautan bukan dipenangkaran, makanya dibutuhkan ahli yang bisa mendatangkan mereka agar mau mendekat dan berfoto dengan para pengunjung. Kedatangan mereka juga tidak bisa dijamin selalu ada, bisa saja mereka pergi dan tidak pernah datang lagi. Itulah yang membuat wisata ini dinilai mahal dan sangat berkesan. 


Meski tampak besar, ternyata Whale Shark tidak berbahaya karena meraka adalah penyaring makanan yang memakan plankton dan krill, bukan predator yang menyerang dan membahayakan manusia. Sejujurnya saya sempat takut diawal tetapi saya akhirnya memberanikan diri dan memastikan melalui riset sebelumnya bahwa Whale Shark memang tidak berbahaya.


Sungguh sebuah momen yang tidak terduga dan tidak pernah direncanakan sebelumnya. Bertemu dan mengabadikan momen dengan ikan berukuran raksasa seperti itu tentu saja adalah sesuatu yang sangat berharga dan sangat berkesan. Semoga Sherly dan teman-temannya hidup lebih lama dan mau terus bertemu dengan manusia-manusia lainnya.

Video kebersamaan saya dengan Sherly bisa kalian cek di link Instagram saya berikut ini:


Setelah puas bertemu dan bermain dengan Sherly dengan segala dramanya, saya akhirnya kembali ke hotel. Beres-beres dan segera cabut menuju bandara. Saya kembali ke Jakarta dengan sebuah cerita dan pengalaman yang sangat berkesan. Semoga kalian punya rejeki dan kesempatan untuk bertemu Sherly dan teman-temannya di Gorontalo!

Kali ini, hidup berjalan tidak sesuai rencana tapi kali ini juga hasilnya tidak bikin dongkol melainkan bikin bahagia.

Film The Most Beautiful Girl In The World dirusak oleh Scene "Terdampar di laut"


Meski dibintangi oleh aktor dan aktris ternama seperti Reza Rahardian, Sheila Dara, Kevin Julio dan yang lainnya, film The Most Beautiful Girl In The World yang tayang perdana di Netflix tanggal 14 Februari 2025 tidak lepas dari adegan-adegan yang tidak masuk akal.

Film yang disutradarai oleh Robert Ronny ini diawali dengan adegan dimana Reza Rahardian sebagai Reuben Wiraatmadja bersama dengan ayahnya menghadiri sebuah acara Reality Show TV bertema pencarian jodoh yang diberi nama Wanita Tercantik di Dunia. Di adegan ini, Reuben yang merupakan sosok playboy digambarkan tidak memiliki hubungan yang akur dengan ayahnya yang merupakan pemilik stasiun TV tersebut.

Adegan film terus berkembang hingga suatu ketika Reuben menerima panggilan telepon yang memberitahukan bahwa ayahnya meninggal karena serangan jantung. Reuben terpukul dan sedih namun saat yang bersamaan dia harus memenuhi keinginan terakhir ayahnya yang meminta dia untuk menikah dengan wanita tercantik di dunia. Syarat ini harus Reuben penuhi agar bisa mendapatkan warisan ayahnya. Untuk memenuhi keinginan tersebut, Reuben yang bekerja menggantikan ayahnya menghadirkan kembali acara TV Wanita Tercantik di Dunia Special Season. Reality show ini menjadi sangat spesial karena di season kali ini pemenangnya akan menjadi calon istri Reuben. Reuben sangat berharap acaranya berjalan dengan lancar sehingga dia menugaskan Kiara untuk menjadi produsernya.

Kiara adalah seorang produser berparas cantik. Selain cantik, tentu saja dia sangat pintar, pemberani namun sedikit keras kepala. Selama proses pengerjaan reality show tersebut berlangsung, kedekatan antara Reuben dan Kiara mulai terbentuk meskipun selalu dibumbui dengan perdebatan. Singkat cerita, acara Wanita Tercantik di Dunia Special Season akhirnya dimenangkan oleh Helena Kusuma yang diperankan oleh Jihane Almira Chedid. Artinya, Helena akan menjadi calon istri dari Reuben.

Sebagai apresiasi atas suksesnya acara reality show yang sudah mereka kerjakan, maka Reuben dan seluruh timnya termasuk Kiara juga Helena berlibur ke Pulau Seribu. Semua tampak baik selama perjalanan di dalam kapal, sampai suatu waktu Reuben yang menghampiri Kiara di bagian belakang kapal secara tiba-tiba terjatuh ke laut karena cuaca buruk dan jatuhnya mereka tidak disadari oleh penumpang kapal lainnya.

Cerita berlanjut ke adegan di pagi hari yang menunjukkan Reuben dan Kiara terdampar di pulau yang sama. Di bagian ini, jalan cerita mulai aneh dan terlalu dipaksakan. Beberapa keanehan semenjak adegan terjatuh di kapal; Reuben dan Kiara tidak diperlihatkan meminta pertolongan sama sekali saat jatuh dari kapal; Reuben dan Kiara terdampar di pulau yang sama dengan kondisi selamat; Reuben dan Kiara tidak diperlihatkan mengalami stres padahal sudah beberapa hari terdampar di pulau; Reuben dan Kiara tidak digambarkan mengalami penurunan kesehatan.

Tentu saja semua keanehan tersebut berawal dari adegan dimana Reuben dan Kiara terdampar di pulau yang sama dengan kondisi selamat. Sungguh adegan yang kurang masuk akal, dipaksakan dan bisa dibilang sudah masuk kategori Logical Fallacy karena sangat mustahil 2 orang yang terjatuh di tengah laut pada malam hari dengan kondisi ombak yang sangat kencang, namun ditemukan selamat pada pagi harinya tanpa penggambaran yang jelas.

Singkat cerita, Reuben dan Kiara akhirnya diselamatkan setelah terdampar beberapa hari di pulau. Waktu yang mereka habiskan selama di pulau ternyata telah tumbuh menjadi perasaan yang sangat dalam. Reuben dan Kiara saling mencintai. Reuben akhirnya melamar Kiara ditempat kerja dan mengakhiri hubungannya dengan Helena.

Hal lain yang juga cukup aneh di film ini adalah ketika pesan yang ingin disampaikan bertentangan dengan adegan yang ditampilkan. Selama film berlangsung, pesan tersirat yang ingin disampaikan lewat acara reality show Wanita Tercantik di Dunia Special Season adalah untuk lebih menghargai wanita dan tidak menjadikan wanita hanya sebagai komoditi belaka. Namun faktanya, Reuben tidak menunjukkan sikap tersebut ke Helena. Helena yang sudah berjuang untuk memenangkan hati Reuben ditinggal begitu saja oleh Reuben. Reuben bahkan melamar Kiara sebelum mengakhiri hubungannya dengan Helena. Sungguh sebuah ironi!

Meski perfilman Indonesia terus membaik, ada baiknya hal-hal yang tidak masuk akal dalam sebuah film harus dihilangkan. Mengingat penonton Indonesia juga terus bertumbuh dan semakin kritis, maka orang-orang yang bekerja dibalik sebuah film harus mampu beradaptasi dengan standar yang semakin tinggi. Penonton tidak cukup hanya dihibur dengan kisah percintaan romantis yang diperankan oleh para aktor dan aktris ternama namun juga harus sejalan dengan nalar.

Designated Survivor: 60 Days, Drama yang Membuka Banyak Hal Tentang Politik


Bulan Januari 2025, aku baru saja menyelesaikan satu series Drama Korea yang menurutku sangat bagus. Judulnya adalah Designated Survivor: 60 Days. Ditulisan ini aku tidak akan membahas hal-hal teknis mengenai dramanya namun lebih kepada jalan cerita dan pelajaran yang aku dapatkan dari drama tersebut.

Drama ini mengangkat cerita tentang seorang Perdana Menteri Lingkungan Hidup yang secara mendadak diangkat menjadi seorang Presiden karena Presiden serta beberapa Menteri lainnya yang sedang menjabat tewas dalam sebuah pengeboman yang tidak terduga. PM Lingkungan Hidup ini diangkat menjadi Presiden Sementara karena dia adalah satu-satunya PM yang masih hidup. Lantas kenapa PM Lingkungan Hidup bisa selamat? Jawabannya adalah karena pada saat pengeboman di (sebut saja) Gedung Putih, PMLH tidak hadir diacara tersebut sebab sebelum acara di Gedung Putih berlangsung, PMLH dipecat oleh Presiden karena perbedaan pendapat hingga ada beberapa kebijakan dimana mereka saling kontra.

Menurut perundang-udangan yang berlaku di Korea, jika Presiden tidak bisa menjalankan tugasnya maka tanggungjawab dan wewenang Presiden bisa dialihkan ke para menterinya. Nah, mengingat para menterinya juga ikut tewas dalam serangan bom, maka PMLHlah yang memenuhi syarat untuk diangkat menjadi Presiden Sementara.

Presiden Sementara sebut saja Park Mujin, tentu saja sangat kaget dengan apa yang terjadi. Setelah pengeboman terjadi, Park Mujin langsung diamankan oleh staff-staff Presiden hingga dia diberitahu bahwa dia akan menjadi Presiden selama 60 hari kedepan. Pada awalnya dia menolak keras namun setelah diberi penjelasan oleh Kepala Staff Presiden, maka diapun akhirnya menerima.

Sebenarnya siapakah Park Mujin ini? Park Mujin pada dasarnya bukanlah seorang Politikus. Sebelum menjadi seorang Menteri, dia adalah seorang Dosen disebuah Universitas. Dia diangkat menjadi seorang Menteri murni karena dia sangat ahli dibidang lingkungan. Selama bekerja dia membuat kebijakan berdasarkan ilmu yang dia miliki. Jadi bisa dibilang, Park Mujin adalah seorang Perdana Menteri yang buta akan politik. Hal ini jugalah yang menjadi salah satu pemicu kenapa Presiden dan Park Mujin kerap berbeda pendapat.

Dengan kondisi publik yang tidak kondusif dan kebutaan akan politik, Park Mujin dituntut untuk memimpin negara dan mengungkap dalang pengeboman Gedung Putih. Pada proses ini, Park Mujin banyak dibantu oleh para staffnya yang sangat handal. Singkat cerita, akhirnya Park Mujin bisa mengungkap dalang dibalik pengeboman Gedung Putih. Bayangkan saja, Park Mujin yang awalnya banyak diragukan oleh masyarakat, diremehkan, tidak dihargai, dicurangi, dihina dan lainnya berubah menjadi sosok yang sangat dikagumi dan dicintai masyarakatnya bahkan lawan-lawannya.

Lantas, apa yang menarik dari drama ini? Menurutku ada banyak hal yang membuat drama ini sangat menarik. Diawal cerita, ketika terjadi pengeboman dan penunjukan Presiden Sementara saja sudah menjadi cerita yang sangat unik, ditambah Park Mujin yang buta akan politik kerap kali membuat keputusan yang mengedepankan humanisme namun sangat beresiko pada posisinya. Park Mujin juga kerap cekcok dengan staff staffnya lagi lagi karena perbedaan pendapat. Selain itu, drama ini tidak hanya berfokus pada orang-orang di internal Presiden tapi juga pihak-pihak eksternal yang membuat ceritanya semakin kompleks, seperti keterlibatan Korea Utara, keterlibatan BIN, lawan politik (partai oposisi) hingga keterlibatan Media. Pokoknya rumit tapi sangat seru!

Dari drama ini, aku menjadi tahu bagaimana orang-orang dibelakang Presiden bekerja. Setidaknya dengan menonton drama ini, aku bisa memahami bahwa politik itu bisa menjadi sangat kotor namun bisa juga menjadi sangat manusiawi. Baik buruknya sebuah pemerintahan juga ternyata dipengaruhi oleh orang-orang dibalik Presiden. Dari drama ini juga, aku jadi paham bahwa didalam suatu pemerintahan, penghianat itu akan selalu ada. Kawan bisa jadi adalah lawan!

Oh iya, diawal aku sudah kasih tahu bahwa Presiden Park Muji berhasil mengungkap dalang dibalik pengeboman Gedung Putih. Kalian tahu siapa pelakunya? Pasti kalian akan kaget. Sebenarnya diawal-awal aku sudah menebak pelakunya namun beberapa kali goyah dan menuduh yang lain karena sipelaku memang terlihat sangat baik sepanjang drama. Yang pasti, pelakunya adalah orang yang dekat dan sehari-hari dengan Presiden. Penasaran kan?

Selain mengidolakan tokoh Park Mujin, aku juga sangat mengidolakan staff-staff Presiden terutama Kang Dae-Han, Jung Soo-Jung dan Kim Nam-Wook. Tak lupa dengan duo detektif yang sangat membantu Presiden dalam mengungkap sidalang pengeboman yaitu Detektif Han dan Kim. Mereka semua bekerja dengan sangat baik dan tulus. Orang-orang seperti mereka sangat penting keberadaannya untuk membuat pemerintahan yang baik.

By the way, drama ini merupakan drama adaptasi dari Amerika Serikat yang berjudul Designated Survivor. Versi Koreanya sendiri tayang perdana di Netflix pada tanggal 1 Juli 2019. Drama ini harus masuk dalam watch list kalian karena selain sangat menarik untuk ditonton juga membuka mata kalian tentang politik!



Nama Unik di Dukcapil: Unik atau Beban? Kreatif atau hanya sekedar memuaskan ego orang tua?


Tanggal 28 Januari 2025, saya cukup tergelitik dan miris membaca sebuah postingan di media sosial X yang diterbitkan oleh Kompas.com dengan judul "9 nama unik yang tercatat di Dukcapil", dan inilah nama-nama unik yang dimaksud tersebut:

Source: X @kompascom

Alih-alih merasa lucu dan kagum, saya malah merasa kasian pada anak-anak tersebut terutama mereka yang namanya dibuat begitu "unik". Nama adalah identitas diri yang akan melekat selamanya pada diri kita. Tidak sekedar memberi identitas, tapi bagi banyak orang nama juga adalah doa yang dibuat dengan sepenuh hati oleh orang tua bahkan keluarga. Lantas bagaimana dengan orang tua anak-anak diatas yang memberikan nama anaknya dengan begitu senonoh (indah bagi mereka) tanpa memikirkan bagaimana anak-anak ini akan hidup selamanya dengan nama tersebut? Tentu saja, nama-nama diatas tidak semuanya "senonoh" karena ada juga yang memang benar unik. Apakah orang tua anak-anak diatas tidak memiliki pilihan lain selain nama-nama diatas? Begitu kuatkah cerita-cerita dibelakangnya hingga tak mampu lagi menggoyahkan bahwa nama-nama tersebut akan didaftarkan di Dukcapil? Bagi saya, mereka (tidak semuanya) tentu adalah orang tua yang egois. Tentu saja ini hanya penilaian pribadi.

Dibalik rasa miris, disaat yang bersamaan saya juga merasa penasaran apakah pemberian nama anak di Indonesia tidak ada peraturan yang mengikatnya? dan ternyata memang ada. Peraturan tentang pencatatan nama pada Dukcapil diatur dalam Permendagri No 73 tahun 2022 tentang Pencatatan Nama Pada Dokumen Kependudukan. Pada pasal 4 ayat 2 dijelaskan bahwa nama tidak boleh multitafsir dan bermakna negatif dan dipasal 5 ayat 3 dijelaskan bahwa dilarang menggunakan angka dan tanda baca.

Jika mengacu pada peraturan diatas bukankah "covid" seharusnya tidak diizinkan menjadi nama seseorang? Bagi saya, covid selalu mengarah kepada sebuah peristiwa wabah virus yang menyulitkan kehidupan orang-orang dalam beberapa tahun. Itu adalah masa-masa sulit. Terlepas dari cerita dan maksud orang tua atas pemberian nama tersebut, bukankah seharusnya mereka mempertimbangkan berkali-kali? Apakah mereka tidak terbayang bahwa setelah dewasa nanti kemungkinan si anak akan diejek karena namanya mengarah pada sebuah wabah virus dan peristiwa menyedihkan dimasa lalu? Bagi saya, itu tetaplah nama yang seharusnya tidak diberikan pada anak.

Lalu, ada anak bernama "Dinas Komunikasi Informatika Statistika". Bukankah ini sudah bertentangan dengan Pasal 4 ayat 2 dimana pemberian nama tidak boleh multitafsir? Siapapun yang mendengar nama itu, pasti akan bertanya berulang setidaknya dua kali untuk memastikan apakah itu benar nama seseorang. Jika mendengar nama diatas, sudah pasti kebanyakan orang akan mengarah pada sebuah nama lembaga pemerintahan bukan pada nama seseorang. Entah bagaimana nanti anak ini menghadapi berbagai komentar yang akan dia terima sepanjang hidupnya. Membayangkannya saja sudah membuat tidak nyaman.

Saya jadi teringat pada sebuah peristiwa dimana seseorang berjuang untuk mengubah namanya yang diberikan dengan asal-asalan oleh orang tuanya. Tentu saya masih belum lupa dengan kasus seseorang benama "Kentut" yang akhirnya ke pengadilan untuk mengubah namanya. Bayangkan saja, dari kecil menjadi bahan ledekan oleh teman-temannya "hanya" karena sebuah nama. Seberapa berat beban yang dia tanggung selama ini mungkin tidak akan bisa dijelaskan. Bahkan setelah namanya bergantipun, bukankah orang-orang sudah mengenalnya dengan nama "Kentut"? Sekali lagi, janganlah menjadi orang tua yang egois.

https://www.tribunnews.com/metropolitan/2018/04/18/pria-ini-bernama-kentut-sering-diejek-teman-hingga-malu-menutup-diri-di-kamar

Menjadi orang tua jelas bukanlah hal yang mudah. Namun, saya ingin fokus pada pemberian nama pada anak-anak. Bukankah hal-hal semacam ini bisa didiskusikan dengan orang tua, saudara, kerabat atau bahkan teman-teman terdekat? Bukankah seharusnya kita perlu mempertimbangkan bagaimana seorang anak akan mengemban sebuah nama sepanjang hidupnya? Bukankah nama yang kita berikan pada anak seharusnya membuat mereka menjadi indah bukan malah untuk sekedar memuaskan ego orang tua? Jadikanlah nama anakmu sebagai sebuah doa dan kebahagiaan bukan sebagai beban.

Tulisan ini tak hanya kritik bagi orang tua diluar sana tetapi juga bagi para aparat pemerintah yang berwewenang akan hal ini, khususnya Dukcapil. Sebaiknya nama nama yang didaftarkan tidak diterima begitu saja, tetapi tetap mengacu pada peraturan yang sudah ditetapkan. Terlepas dari nama anak-anak diatas didaftarkan sebelum peraturannya terbit, tetap saja beberapa nama diatas tidak seharusnya diloloskan. Jika mengacu pada pasal 5 ayat 3 maka nama anak pada Nomor 8 dan 9 tentu tidak memenuhi syarat karena menggunakan angka pada namanya.

Semoga tulisan ini bisa bermanfaat dan diterima dengan baik. Terima kasih